5 Reasons Why You MUST NOT Waste Your Food


Sejak kecil, saya sudah diharuskan untuk menghabiskan makanan saya, apapun kondisinya. Walaupun dulu saya merasa sangat-sangat tersiksa, tapi setelah dewasa saya justru bersyukur. Siksaan itu menghasilkan kebiasaan baik dan pelajaran berharga untuk menghargai makanan.

Jujur aja, saya cukup terusik dengan kebiasaan orang-orang di sekitar saya yang sering gak menghabiskan makanannya, terutama *maaf* cewek-cewek, apalagi yang berduit dan belum pernah merasakan atau sekedar melihat seperti apa sih orang yang kekurangan makanan. Tapi bukan berarti gak ada cowok yang gak buang-buang makanan ya, saya sering lihat juga cowok yang gak habisin makanannya.




Here are some reasons why we should finish off our meal:

1. Waste Food = Waste Money
Makanan dibeli dengan uang. Jadi, buang-buang makanan = buang-buang uang, setuju? :D  Saking lebaynya saya, saya kadang ngitung berapa gaji saya sebulan, berapa rata-rata gaji saya sehari, bahkan berapa gaji saya satu jam untuk mengira-ngira, harus kerja berapa lama untuk bisa makan makanan di depan saya. Cara ini cukup efektif untuk memotivasi saya menghabiskan makanan, karena kalau ada makanan yang terbuang, artinya hasil kerja saya selama beberapa menit / jam terbuang sia-sia. Secara saya orangnya rada-rada malas, jadi gak rela rasanya kalau hasil kerja terbuang sia-sia. Buat yang belum kerja mungkin belum terlalu ngerasain sayang kalau ada uang yang terbuang sia-sia, tapi harus ingat kalau uang itu bisa dibelanjakan untuk kebutuhan lain.
2. There are Many Starving People Out There
Pernyataan paling bodoh yang pernah saya dengar: "Lets be honest, whether said person finishes their food or not it's not like the food was going to the African kids anyway. So, what difference does it make?". Ya emang sih makanannya gak mungkin dikirim ke Afrika juga. Tapi ini soal toleransi. Sirik gak misal kita gak mampu beli bensin Pertamax yang harga seliternya puluhan ribu, sementara (misal) di timur tengah bensin Pertamax dipakai untuk ngisi kolam renang, karena konon kabarnya ekstrak bensin Pertamax bagus buat kesehatan kulit? Maka dari itu kita kudu bersyukur masih bisa makan dan terhindar dari kelaparan, karena di luar sana banyak orang yang tidak seberuntung kita.
3. Cooking is Not Simple
Buat yang sering masak atau pernah ngerasain masak, pasti ngerti seberapa ribetnya masak. Mulai dari belanja bahan-bahan, ngupasin ini itu, bersihin itu ini, meraba-raba jumlah bumbu yang pas, panas-panasan di depan kompor, plus kesabaran, ketelatenan, dan waktu yang dibutuhkan sampai masakan matang dan rasanya mantap. Belum lagi kalau kita lihat lebih detail, ada usaha para petani dan peternak yang susah payah untuk panen bahan-bahan makanan atau beternak hewan untuk didistribusikan sampai bisa terjangkau oleh kita. Untuk itu, kita harus menghargai usaha kita sendiri atau mereka yang udah bersusah payah untuk menyajikan hidangan di hadapan kita. Walaupun mereka sekedar koki yang kerja di rumah makan dan notabene kita bayar untuk menghidangkan makanan yang kita pesan, tapi tolong hargai perasaannya. Yakin deh pasti ada perasaan gimanaaaa gitu kalau makanan yang mereka masak gak dihabiskan. Itu kalau konteksnya koki, gimana kalau yang masak ibu kita sendiri atau calon mertua atau ibu teman kita pas kita diundang ke rumahnya? Eng ing eng..
4. You Know How Much Food You Should Eat
To love yourself you have to know yourself better, termasuk porsi makanmu. hehehe.. *maksa*. Kalau kita tahu seberapa besar porsi makan kita, jangan ambil makanan melebihi porsi yang mampu kita lahap. Ini bisa diterapkan kalau makan di tempat prasmanan atau self service, tapi mungkin susah diterapkan kalau makanannya sudah disajikan per porsi. Kalau sudah begini pintar-pintarnya kita aja untuk menghabiskan apa yang ada. Kalau gak abis juga, mungkin bisa disumbang ke teman-teman kita yang porsi makannya di atas rata-rata, yang penting usaha dulu supaya gak ada makanan yang terbuang. Ada salah satu teman yang sering gak habisin makanannya, walaupun dia ambil sendiri makanan itu. Alasannya macam-macam, bisa sudah kenyang atau lauknya yang sudah habis. Dan dia kagum sama saya yang selalu bisa mengira-ngira jumlah nasi yang pas dengan jumlah lauk yang ada. Yah, kuncinya sih kira-kira aja, plus pertajam feeling. Lagipula kalau ambil makanan prasmanan, ambil aja sedikit dulu, baru kalau kurang tambah lagi. Saya mah bodo amat dikira maruk (emang maruk juga sih :p), daripada ngambil makanan sekaligus banyak tapi banyak juga yang gak kemakan.
5. Food You Waste Could be Useful to Others Around You
Gak usah jauh-jauh ke Afrika, mungkin di sekitar kita banyak orang yang membutuhkan makanan yang kita buang. Gak harus orang berkekurangan, bisa aja konteksnya kita makan di restoran, kita pesan mie ayam dan gak dihabiskan, sementara ada orang di sebelah meja yang pengen pesan mie ayam tapi kehabisan. Atau konteks lain, kita beli sayur sawi di tukang sayur, tapi gak dimasak sampai layu, sedangkan tetangga kita ada yang butuh sayur sawi untuk dimasak saat itu juga. See?

Jadi, masih tega membuang makananmu? 


Tschüss!
Deine Kimmie

Comments

Popular Posts