[Random Thoughts] Why a Lot of Young Women Can't Cook



"Kenapa cewek-cewek jaman sekarang jarang yang bisa masak?"
Mungkin itu keluhan yang sering terdengar dari mulut para lelaki.


Tak bisa dipungkiri, memasak adalah skill yang berguna dan cukup dibutuhkan. Walaupun ada banyak penjaja makanan di berbagai penjuru (dari mulai kaki lima hingga bintang lima), serta berbagai kemudahan seperti jasa delivery dan ojek online, terkadang manusia rindu masakan rumahan.

Sayangnya, semakin sedikit anak muda sekarang, baik laki-laki maupun perempuan, yang jago masak, atau at least bisa memasak sebaik orangtuanya. Tidak masalah bila laki-laki tidak bisa memasak, namun banyak yang mempermasalahkan perempuan yang tidak bisa memasak. Masyarakat kita masih memandang memasak adalah tugas perempuan, sehingga perempuan yang tidak bisa memasak akan mengurangi "nilai jual" atau bargaining position mereka di hadapan laki-laki (dan juga di hadapan calon mertua :p)

Sebenarnya masih banyak perempuan muda yang bisa memasak, entah karena hobi, atau karena tuntutan lain yang mengharuskan mereka bisa memasak. Tetapi banyak pula yang tidak bisa memasak, yang bahkan menggoreng chicken nugget pun gosong. :p

Ada banyak faktor yang membuat banyak perempuan muda zaman sekarang tidak bisa memasak. Saya mencoba menganalisa dan merangkum sebab-akibat yang menurut saya logis.

Berikut analisa pribadi saya. Mohon maaf kalau ada yang ngawur. :D


1. Wanita Semakin "Mirip" dengan Laki-Laki

Pada generasi orangtua saya, banyak wanita yang setelah lulus sekolah/kuliah langsung menikah dan menjadi ibu rumah tangga. Para suami mereka rata-rata siap menikahi mereka setelah setahun atau dua tahun bekerja. Pembagian peran antara laki-laki dan perempuan pada masa itu sangatlah jelas, laki-laki mencari nafkah di luar rumah, sedangkan perempuan merawat dan mengatur urusan rumah tangga, termasuk memasak.

Pada zaman sekarang, wanita juga dituntut untuk bekerja dan berkarier. Inilah dampak dari perkembangan zaman, dimana fokus para wanita begeser. Wanita sibuk mengejar pendidikan, mencari pekerjaan yang baik, dan pada akhirnya memiliki porsi pekerjaan yang sama dengan laki-laki. Hal ini membuat memasak tidak lagi menjadi prioritas bagi wanita.

Wanita semakin mirip dengan laki-laki. Mandiri, cerdas, berani, mampu hidup jauh dari orangtua, berusaha menghidupi dirinya sendiri, bisa membawa kendaraan dan bisa pergi kemana saja sendiri.

Laki-laki zaman sekarang pun lebih banyak pertimbangan ketika akan menikahi wanita. Faktor finansial masih menjadi salah satu pertimbangan utama. Jika laki-laki angkatan orangtua saya bersedia menikah setelah satu atau dua tahun bekerja, laki-laki angkatan saya mungkin butuh empat sampai lima tahun bekerja untuk mendapat kestabilan finansial dan siap untuk menghidupi seorang istri. Ini membuat rata-rata wanita menikah di usia yang lebih matang, apalagi kebanyakan wanita sekarang memilih pasangan yang usianya tidak berbeda jauh. 

Jeda waktu antara lulus sekolah/kuliah dan usia menikah lah yang membuat wanita sekarang fokus mengejar karier. Karena belum ada tanggungan, jeda waktu tersebut merupakan usia emas wanita untuk bekerja dan mengejar karier.

Walaupun karier bukan alasan untuk mengabaikan kodrat-kodrat wanita, tapi perbedaan fokus dan prioritas inilah yang membuat wanita kurang mahir terhadap urusan rumah tangga (dalam hal ini memasak).


2. Wanita Banyak Menghabiskan Waktunya di Luar Rumah

Berkaitan dengan poin pertama, tuntutan terhadap wanita masa kini mulai bergeser. Kalau orangtua zaman dahulu menuntut anak perempuannya untuk bisa masak, zaman sekarang tidak lagi. Orangtua lebih menuntut anak perempuannya untuk fokus berpendidikan tinggi, hidup mandiri, dan mempunyai karier yang baik. Demikian pula tuntutan orangtua terhadap anak laki-laki. Anak laki-laki tidak lagi dituntut untuk bisa membuat perkakas, memperbaiki genteng bocor, membongkar mesin mobil, dan pekerjaan maskulin lainnya.

Tuntutan inilah yang membuat wanita dan laki-laki masa kini banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Menuntut pendidikan setinggi mungkin, banyak membaca dan berdiskusi, bersosialisasi, ikut berbagai macam organisasi, serta mengikuti kursus-kursus untuk menambah keterampilan. Belum lagi faktor lain seperti jalanan macet di kota-kota besar yang semakin mempersingkat waktu mereka untuk berada di rumah.

Waktu yang singkat di dalam rumah tentunya mengurangi intensitas manusia dalam mengerjakan perkerjaan domestik, termasuk memasak. Jadi, mungkin ini salah satu sebab mengapa wanita muda banyak yang tidak bisa memasak. Memasak merupakan keahlian (skill) yang sangat dipengaruhi oleh jam terbang, sehingga semakin sering dilatih, semakin berkembang sense yang kita miliki.

3. Banyak Kemudahan Membeli Makanan Jadi

Di era yang serba komersial ini, tentunya semua orang berusaha semaksimal mungkin untuk bertahan hidup. Kreativitas dan sikap jeli dalam melihat peluang sangat dibutuhkan oleh setiap pelaku usaha. Para pelaku usaha kuliner mungkin melihat peluang yang besar dengan adanya anak muda yang tidak sempat memasak sehingga bisnis kuliner menjamur dimana-mana, dari level warteg, warsun, dan teman-temannya hingga level kafe di mall-mall besar yang harga makanannya diatas 100 ribu rupiah per porsi.

Dengan banyaknya warung yang menjual makanan, terutama di kawasan kampus, sekolah, dan perkantoran, semakin mudah konsumen dalam memilih makanan yang diinginkan. 
Bicara soal kemudahan, para pelaku bisnis kuliner dan transportasi online juga mengembangkan bisnisnya melalui jasa delivery. Mengingat segala kemudahan yang ada, skill masak semakin tampak tidak dibutuhkan.


4. Harga Makanan Warung Cenderung Lebih Murah daripada Ongkos Memasak

Sesuatu yang diproduksi secara massal akan menghasilkan biaya produksi yang lebih rendah, termasuk makanan. Itulah sebabnya mengapa warung-warung kaki lima seperti Warung Sunda, Warung Tegal, Rumah Makan Padang bisa menjual makanannya dengan harga yang cukup terjangkau. Sebungkus nasi, ikan tongkol, telur dadar, dan sayur di Warung Tegal dibanderol dengan harga 12 ribu rupiah saja.

Seperti saya ceritakan di atas, banyak anak muda, termasuk wanita, yang hidup merantau seorang diri. Bayangkan usaha yang dibutuhkan untuk membuat nasi, ikan tongkol, telur dadar, dan sayur yang hanya dinikmati oleh satu orang saja. Bisa jadi ongkos yang dibutuhkan lebih besar daripada harga yang ditawarkan oleh Warung Tegal. Belum lagi tenaga dan waktu yang dibutuhkan untuk memasak itu semua.

Memang membeli makanan di luar lebih praktis dibandingkan memasak untuk satu atau dua orang. Lain halnya dengan memasak untuk sekeluarga yang terdiri dari 4-5 orang.

===============================================================

Demikianlah analisa saya untuk pertanyaan mengapa wanita muda sekarang banyak yang tidak bisa memasak. Tulisan ini sekedar analisa, bukan pembelaan apalagi pembenaran. Saya sendiri termasuk orang yang masih mengandalkan bantuan resep ketika memasak. Hanya masakan-masakan tertentu yang saya sudah hafal di luar kepala.

Menurut saya, baik laki-laki maupun perempuan harus bisa masak, at least masakan-masakan sederhana untuk menjamin dirinya tidak akan kelaparan.

So, apakah kamu bisa memasak atau ada keinginan untuk memasak?


Tschüss!
Deine Kimmie

Comments

Popular Posts